Meski perkembangan teknologi sudah kian pesatnya menerpa masyarakat modern kini dan peralatan medis pun sudah sedemikian canggih, namun tetap saja manusia masih percaya akan kekuatan doa. Setiap kali menderita suatu penyakit, manusia masih berdoa kepada Tuhan untuk diberikan kesembuhan.
Sering kali doa ini terkabul dan orang tersebut diberikan kesembuhan. Inilah sebuah bukti dari kekuatan doa. Banyak peneliti berusaha menyibak rahasia dari kekuatan doa ini dilihat dari segi ilmu medis.
Penelitian seputar keterkaitan doa dan kesehatan sebenarnya sudah ada dari abad ke-19. Ilmuwan Inggris saat itu berusaha mencari jawaban dari kebiasaan Raja di Inggris yang sering sekali berdoa untuk rakyatnya. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya memang ditemukan adanya keterikatan doa dengan kesehatan. Penelitian pada saat itu mengambil sampel dari beberapa kepercayaan yang ada seperti Kristen, Yahudi, dan Budha.
Penelitian lain tentang kekuatan doa ini juga pernah dilakukan oleh Harvard Medical School. Dalam penelitian tersebut ditemukan sepertiga orang dewasa yang diteliti menggunakan doa sebagai bagian dari usaha kesembuhan penyakit. Dari pasien pengguna doa itu, 75% berdoa untuk kebaikan dan 22% untuk keadaan kesehatan tertentu. Dari yang berdoa itu, 70% mengaku bahwa doa sangatlah membantu.
Lalu bagaimana sampai doa bisa bisa menyembuhkan seseorang? Inilah yang sedang berusaha diungkap oleh para peneliti hingga kini. Namun, secara garis besar para peneliti memberikan praduga awal bahwa doa mampu dijadikan alat relaksasi dan mampu memancarkan energi positif.
Ketika seseorang berdoa, maka pada saat itulah orang dapat menenangkan pikirannya lepas dari aktivitas lain sehingga memberikan penyegaran jiwa dan raga. Doa juga mampu menimbulkan dampak berupa keadaan yang lebih baik dan positif dalam jiwa, pemikiran, persepsi, daya ingat, niat, kehendak, dan semacamnya. Doa memperbaiki keadaan jiwa dan emosi, serta membawa kepada keadaan tenang yang kemudian memancar ke segala sisi kehidupan bagi orang yang berdoa.
Secara ilmiah kemampuan doa ini dijelaskan oleh Pert CB (1999) dalam bukunya yang berjudul “Molecules of emotion: the science behind mind body medicine”. Ia menjelaskan bahwa emosilah kunci dari kekuatan doa itu. Emosi dapat mengaitkan apa yang mampu dilakukan doa terhadap kondisi jiwa dan raga.
Di dalam jaringan otak, terdapat sistem hypothalamikpituitary. Sistem ini merupakan saluran komunikasi utama yang menghubungkan pikiran dan emosi dengan molekul pembawa yang dilepaskan ke dalam cairan syaraf dan melewati sistem peredaran darah ke seluruh tubuh. Di tataran inilah emosi positif membangkitkan perubahan fungsi tubuh yang berdampak besar bagi kesehatan kita.
Namun, penelitian seputar kekuatan doa ini masih terus dilakukan. Masih banyak hal-hal yang belum terjawab misalnya seberapa banyak takaran yang tepat bagi seseorang untuk berdoa, bagaimana doa harus dilakukan supaya mampu berdampak langsung, dan efek doa pada kepercayaan lain yang masih belum tersentuh oleh penelitian-penelitian yang sudah ada.
Di lain pihak, beberapa peneliti justru tidak ambil pusing akan penelitian seputar kekuatan doa. Kelompok ini mengatakan bahwa kepercayaan religi dan pengetahuan ilmiah tidak perlu dikaitkan, tidak semua kepercayaan religi mampu dijawab dengan penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar